Ketua DPD RI: Mahasiswa Mempunyai Peran Yang Sangat Penting Untuk Mendukung Generasi Emas 2045

SURABAYA – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menilai mahasiswa mempunyai peran yang sangat penting untuk mendukung Generasi Emas 2045. Menurut LaNyalla, mahasiswa bisa berperan sesuai kapasitas dan bidang ilmu yang dimilikinya.

Penjabaran tersebut disampaikan secara virtual saat LaNyalla dipercaya menjadi Keynote Speech Ketua DPD RI
dalam Webinar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Sabtu (17/4/2021).

Webinar yang mengangkat tema Peluang dan Tantangan Kampus dalam Mempersiapkan Generasi Emas 2045, juga diikuti Anggota Komisi VIII DPD RI yang juga Ketua IKA Universitas Bengkulu, Muhammad Saleh, Rektor dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Gubernur Mahasiswa Universitas Bengkulu, Maulana Taslam, dan jajaran pengurus BEM Universitas Bengkulu.

Senator asal Jawa Timur ini menjelaskan, peran mahasiswa dalam menyukseskan Generasi Emas 2045 sangat besar.

“Mahasiswa sebagai bagian dari stakeholders kampus, memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual. Dalam aspek moral mahasiswa dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri,” katanya.

Menurut LaNyalla, mahasiswa dalam memahami peranan dirinya dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di Indonesia sepatutnya memiliki kerangka acuan dan penafsiran yang jelas, atau lebih sering disebut dengan kesadaran ideologi.

“Kesadaran ideologi itu sebagai akibat internalisasi ideologi secara menyeluruh. Artinya, mengupayakan setiap potensi yang ada untuk menjalankan dan mempertahankan ideologinya,” urainya.

Lebih lanjut Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur menjelaskan jika setiap tingkah laku dari individu atau kelompok ini sebagai tafsir terhadap ideologi.

“Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika mahasiswa memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Apalagi Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Karena itu, baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini,” ujarnya.

Menurutnya, mahasiswa dapat berperan sesuai dengan kapasitas dan bidang ilmu yang dimiliki untuk bersinergi dalam konsep yang dicanangkan dari bonus demografi menuju Generasi Emas 2045.

Namun, hal ini membutuhkan peran dari negara, yaitu melalui penyiapan roadmap.

“Negara harus hadir dalam menyiapkan roadmap penyiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia. Ada tiga tahapan yang terukur yang bisa dilakukan. Pada Tahap Pertama, bisa dimulai dari sekarang hingga tahun 2025. Yaitu dengan fokus pembangunan pendidikan pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan, sebagai penyelenggara pendidikan dalam memperluas layanan dan meningkatkan modernisasi penyelenggaraan proses pembelajaran, serta mendorong penguatan layanan, sehingga pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.

Sementara Tahap kedua, terang LaNyalla, ada para periode tahun 2026 hingga 2035. Di tahap ini, pembangunan pendidikan direncanakan sebagai tahap mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang, dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

“Untuk mencapai tujuan pendidikan tahap kedua ini pemerintah harus memprioritaskan Penguatan Pendidikan Karakter,” jelasnya.

Sebagai tahap terakhir, menurut LaNyalla, adalah tahun 2036 hingga 2045.

“Dalam tahap ketiga atau terakhir ini, pembangunan pendidikan diarahkan pada meningkatnya taraf pendidikan rakyat Indonesia yang mampu menciptakan Sumber Daya Manusia unggul dan berdaya saing internasional. Dengan begitu, di tahun 2045, usia produktif Indonesia yang melimpah mampu mengubah tantangan menjadi peluang di tengah era dis-rupsi dan era industri 4.0,” urainya.

Alumnus Universitas Brawijaya Malang itu menambahkan, dengan berbagai tahapan yang disiapkan, bonus demografi yang dimiliki Indonesia akan menjadi berkah, sekaligus mampu menghadirkan Generasi Emas di tahun 2045.

“Sekali lagi, kampus harus menjadi ujung tombak dalam proses perjuangan, pembaharuan dan pembangunan bangsa. Mahasiswa sebagai salah satu aktor intelektual, sudah seharusnya kehadirannya diharapkan mampu membawa bangsa ini bertransformasi menuju ke arah yang lebih baik,” ujarnya. (Adv)